Inilah Pengakuan Jujur Cewek Panti Pijat Plus Jakarta- Panti pijat yang memperkerjakan terapis wanita seringkali berkonotasi negatif. Apalagi kalau sang terapis memakai seragam minim. Anda pasti berpikir, tentunya bakal ada layanan plus dari si cantik ini.
Prostitusi terselebung berkedok panti pijat kebugaran atau spa memang semakin menjamur di kota-kota besar. Hal ini tak lepas dari kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Simak kisah wanita terapis yang juga menservis 'lebih' tamunya ini, hasil liputan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Di bilik sempit berukuran 2X2 meter itu Lusi bekerja sebagai terapis. Tugasnya memijat tamu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Termasuk memberikan servis pijat plus dengan tambahan tips.
Lusi mengaku sudah bekerja setahun di sebuah panti pijat dan spa di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Bayarannya per bulan tidak tentu, tergantung jumlah tamu yang dipijatnya.
Harga setiap paket pijat dan spa di panti itu berkisar antara Rp 120.000 sampai Rp 180.000. Tapi dari jumlah itu, Lusi mengaku hanya mendapat Rp 15.000 sampai Rp 20.000.
"Kalau mengandalkan honor dari uang pijat kecil, Mas. Sebulan paling cuma dapat Rp 600 ribuan," kata Lusi saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu lalu.
Karena itu Lusi memilih mengejar tips dari konsumen. Untuk itu, gadis 22 tahun ini tak segan-segan merayu konsumennya agar mau dipijat plus. Dari satu konsumen, Lusi bisa mendapat Rp 150.000 hingga Rp 300.000.
Jika satu hari bisa memijat dua hingga tiga pelanggan, Lusi bisa mengantongi lebih dari Rp 10 juta dalam sebulan.
"Kalau tidak begini, bagaimana bisa hidup di Jakarta. Kos saja sudah hampir Rp 1 juta. Belum kebutuhan lain atau mengirim keluarga saya di Cirebon," kata gadis bertubuh mungil ini.
Pertama kali bekerja sebagai terapis, Lusi mengaku ditawari teman. Sebelumnya dia bekerja di sebuah salon di Tegal dengan upah Rp 500.000 per bulan. Sebelum bekerja, terlebih dulu Lusi ditraining memijat. Awalnya dia mengaku risi memijat lelaki, apalagi yang nirbusana. Tapi setelah seminggu, Lusi sudah biasa menjalani profesi barunya.
"Kata dia ikut saya ke Jakarta di sana bisa dapat Rp 10 juta asal mau kerja," ujarnya. Lusi pun mengaku tak masalah dibooking untuk melakukan hubungan intim. Asal harganya cocok, perempuan muda ini mau saja diajak. Syaratnya dilakukan di luar jam kerja. Di panti pijat, terapis tak diperkenankan melakukan hubungan badan.
"Teman-teman juga rata-rata seperti saya. Bisa kok kalau mau dibooking," tutupnya sambil tersenyum manis.
Prostitusi terselebung berkedok panti pijat kebugaran atau spa memang semakin menjamur di kota-kota besar. Hal ini tak lepas dari kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Simak kisah wanita terapis yang juga menservis 'lebih' tamunya ini, hasil liputan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Di bilik sempit berukuran 2X2 meter itu Lusi bekerja sebagai terapis. Tugasnya memijat tamu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Termasuk memberikan servis pijat plus dengan tambahan tips.
Lusi mengaku sudah bekerja setahun di sebuah panti pijat dan spa di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Bayarannya per bulan tidak tentu, tergantung jumlah tamu yang dipijatnya.
Harga setiap paket pijat dan spa di panti itu berkisar antara Rp 120.000 sampai Rp 180.000. Tapi dari jumlah itu, Lusi mengaku hanya mendapat Rp 15.000 sampai Rp 20.000.
"Kalau mengandalkan honor dari uang pijat kecil, Mas. Sebulan paling cuma dapat Rp 600 ribuan," kata Lusi saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu lalu.
Karena itu Lusi memilih mengejar tips dari konsumen. Untuk itu, gadis 22 tahun ini tak segan-segan merayu konsumennya agar mau dipijat plus. Dari satu konsumen, Lusi bisa mendapat Rp 150.000 hingga Rp 300.000.
Jika satu hari bisa memijat dua hingga tiga pelanggan, Lusi bisa mengantongi lebih dari Rp 10 juta dalam sebulan.
"Kalau tidak begini, bagaimana bisa hidup di Jakarta. Kos saja sudah hampir Rp 1 juta. Belum kebutuhan lain atau mengirim keluarga saya di Cirebon," kata gadis bertubuh mungil ini.
Pertama kali bekerja sebagai terapis, Lusi mengaku ditawari teman. Sebelumnya dia bekerja di sebuah salon di Tegal dengan upah Rp 500.000 per bulan. Sebelum bekerja, terlebih dulu Lusi ditraining memijat. Awalnya dia mengaku risi memijat lelaki, apalagi yang nirbusana. Tapi setelah seminggu, Lusi sudah biasa menjalani profesi barunya.
"Kata dia ikut saya ke Jakarta di sana bisa dapat Rp 10 juta asal mau kerja," ujarnya. Lusi pun mengaku tak masalah dibooking untuk melakukan hubungan intim. Asal harganya cocok, perempuan muda ini mau saja diajak. Syaratnya dilakukan di luar jam kerja. Di panti pijat, terapis tak diperkenankan melakukan hubungan badan.
"Teman-teman juga rata-rata seperti saya. Bisa kok kalau mau dibooking," tutupnya sambil tersenyum manis.
0 komentar:
Posting Komentar